Di Indonesia,
perkembangan telematika masih tertinggal apabila dibandingkan dengan negara
lain. Cina misalnya, kini sudah dapat mengungguli Indonesia dalam hal aplikasi
komputer dan internet, begitupula Singapura, Malaysia, dan India yang jauh
meninggalkan Indonesia. Tampaknya masalah political will pemerintah yang belum
serius, serta belum beresnya aturan fundamental adalah penyebab kekurangan
tersebut. Contoh nyatanya ialah penutupan situs porno dan situs yang menyajikan
film fitnah menyusul dengan disetujuinya Undang-undang Informasi dan Transaksi
Elektronik pada medio 2007 dan awal tahun 2008, oleh Departemen Komunikasi dan
Informasi (Depkominfo).
Keadaan ini merupakan
realitas objektif yang terjadi di Indonesia sekarang, tidak termasuk wilayah
yang belum tersentuh teknologi telematika, semisal Indonesia Timur yang masih
terbatas pasokan listrik. Amat mungkin, beberapa bagian dari wilayah tersebut
belum mengenal telematika.
Di Indonesia,
perkembangan telematika mengalami tiga periode berdasarkan fenomena yang
terjadi di masyarakat, yaitu:
1. Periode rintisan
Periode Rintisan di
Indonesia terhadap Timor Portugis, peristiwa Malari, Pemilu tahun 1977,
pengaruh Revolusi Iran, dan ekonomi yang baru ditata pada awal pemerintahan
Orde Baru, melahirkan akhir tahun 1970-an penuh dengan pembicaraan politik
serta himpitan ekonomi. Sementara itu sejarah telematika mulai ditegaskan
dengan digariskannya arti telematika pada tahun 1978 oleh warga Prancis. Mulai
tahun 1970-an inilah Toffler menyebutnya sebagai zaman informasi.
Namun demikian,
perhatian yang minim dan pasokan listrik yang terbatas, Indonesia tidak cukup
meningkatkan perkembangan telematika. Memasuki tahun 1980-an, perubahan secara
signifikan pun jauh dari harapan. Walaupun demikian, dalam waktu satu
dasawarsa, learn to use teknologi informasi, telekomunikasi, multimedia mulai
dilakukan. Jaringan telepon, saluran televisi nasional, stasiun radio nasional
dan internasional, dan komputer mulai dikenal di Indonesia, walaupun
penggunanya masih terbatas. Kemampuan ini dilatar belakangi oleh kepemilikan
satelit dan perekonomian yang meningkat dengan diberikannya penghargaan tentang
swasembada pangan dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) kepada Indonesia pada
tahun 1984. Penggunaan teknologi telematika oleh masyarakat Indonesia masih
terbatas. Sarana kirim pesan seperti yang sekarang dikenal sebagi email dalam
suatu group, dirintis pada tahun 1980-an Mailinglist (milis) tertua di
Indonesia dibuat oleh Johny Moningka dan Jos Lukuhay, yang mengembangkan perangkat
“pesan” berbasis “unix”, “ethernet”, pada tahun 1983 bersamaan dengan
berdirinya internet sebagai protokol resmi di Amerika Serikat.
2. Periode pengenalan
Periode Pengenalan
berawal pada tahun 1990-an, teknologi telematika sudah banyak digunakan dan
masyarakat mengenalnya. Jaringan radio amatir yang jangkauannya sampai ke luar
negeri marak pada awal tahun 1990. Hal ini juga merupakan efek kreativitas anak
muda ketika itu, setelah dipinggirkan dari panggung politik, yang kemudian
disediakan wadah baru dan dikenal sebagai Karang Taruna. Internet masuk ke
Indonesia pada tahun 1994. Penggunanya tidak terbatas pada kalangan akademisi,
akan tetapi sampai ke meja kantor. ISP (Internet Service Provider) pertama di
Indonesia adalah IPTEKnet, dan pada tahun yang sama, beroperasi ISP komersil
pertama, yaitu INDOnet. Dua tahun keterbukaan informasi ini, salahsatu
dampaknya adalah mendorong kesadaran politik dan usaha dagang. Hal ini juga
didukung dengan hadirnya televisi swasta nasional, seperti RCTI (Rajawali Citra
Televisi) dan SCTV (Surya Citra Televisi) pada tahun 1995-1996. Teknologi
telematika, seperti computer, internet, pager, handphone, teleconference,
siaran radio dan televise internasional – tv kabel Indonesia, mulai dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Periode pengenalan telematika ini mengalami lonjakan
pasca kerusuhan Mei 1998. Masa krisis ekonomi ternyata menggairahkan telematika
di Indonesia. Sementara itu, kapasitas hardware mengalami peningkatan, ragam
teknologi software terus menghasilkan yang baru, dan juga dilanjutkan mulai
bergairahnya usaha pelayanan komunikasi (wartel), rental computer, dan warnet
(warung internet). Kebutuhan informasi yang cepat dan tanggap dalam menyongsong
tahun 2000.
3. Periode aplikasi
Periode Aplikasi
Reformasi pada tahun 2000 banyak disalah artikan, gejala yang serba bebas,
seakan tanpa aturan. Pembajakan software, Hp illegal, perkembangan teknologi
computer, internet, dan alat komunikasi lainnya, dapat dengan mudah diperoleh,
bahkan dipinggir jalan atau kios-kios kecil. Tentunya, dengan harga murah.
Keterjangkauan secara financial yang ditawarkan, dan gairah dunia digital di
era millenium ini, bukan hanya mampu memperkenalkannya kepada masyarakat luas,
akan tetapi juga mulai dilaksanakan dan diaplikasikan. Di pihak lain, semuanya
itu dapat berlangsung lancar dengan tersedianya sarana transportasi, kota-kota
yang saling terhubung, dan industri telematika dalam negeri yang terus
berkembang. Awal era millenium pemerintah Indonesia serius menaggapi
perkembangan telematika dalam bentuk keputusan politik. Keputusan Presiden No.
50 Tahun 2000 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI), dan Instruksi
Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang Pendayagunaan Telematika. Dalam bidang yang
sama, khususnya terkait dengan pengaturan dan pelaksanaan mengenai bidang usaha
yang bergerak di sector telematika, diatur oleh Direktorat Jendral Aplikasi
Telematika (Dirjen Aptel) yang kedudukannya berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia.
Teknologi mobile phone
begitu cepat pertumbuhannya. Muatannya yang mencapai 1 Gigabyte, dapat
berkoneksi dengan internet juga stasiun televisi, dan teleconference melalui
3G. Teknologi computer, kini hadir dengan skala tera (1000 Gigabyte), multi
processor, multislot memory, dan jaringan internet berfasilitas wireless access
point. Bahkan, pada café dan kampus tertentu internet dapat diakses dengan
mudah dan gratis. Terkait dengan hal tersebut, Depkominfo mencatat bahwa sepanjang
tahun 2007 yang lalu, Indonesia telah mengalami pertumbuhan 48% persen terutama
di sektor sellular yang mencapai 51% dan FWA yang mencapai 78% dari tahun
sebelumnya. Selain itu, tingkat kepemilikan komputer pada masyarakat juga
mengalami pertumbuhan sangat signifikan, mencapai 38.5 persen. Sedangkan angka
pengguna Internet mencapai jumlah 2 juta pemakai atau naik sebesar 23 persen
dibanding tahun 2006. Tahun 2008 ini diharapkan bisa mencapai angka pengguna
2,5 juta.
Perkembangan Telematika
di Indonesia mengalami peningkatan, sejalan dengan inovasi teknologi yang
terjadi. Prospek ke masa depan, telematika di Indonesia memiliki potensi yang
tinggi, baik itu untuk kemajuan bangsa, maupun pemberdayaan sumber daya
manusianya. Dukungan politik pemerintah dengan berbagai kebijakannya, harus
lebih dapat menggairahkan telematika di Indonesia, dan tentunya industri, serta
pengaruh luar negeri mengambil peranan penting disamping ketertarikan
masyarakat yang membutuhkannya.
0 komentar:
Posting Komentar