Kamis, 09 Januari 2014

SALAH SATU TOKOH TELEMATIKA INDONESIA, JONATHAN L. PARAPAK (PENULISAN 5)

Jonathan L. Parapak. Pernah mendengar nama beliau? Pasti ada yang pernah. Beliau adalah Pembelajar dan Pelayan Telematika Indonesia (begitu kata buku beliau). Lahir di Tana Toraja, 12 Juli 1942, beliau telah menempuh banyak pendidikan dan pengalaman sampai ke tahap seperti sekarang.
Kiprahnya dalam pengembangan teknologi informasi dan telekomunikasi di        Indonesia, tak dapat dilupakan. Kebesaran PT Indosat tidak dapat        dilepaskan dari sentuhan tangan dingin yang dilandasi ketajaman visi dan        prediksinya ke depan. Ia, Jonathan Parapak, taruk yang bersemi dari Tana        Toraja, pembelajar dan pelayan telematika Indonesia.
Sejak awal Jonathan Parapak menyadari bahwa kemajuan teknologi informasi        tidak hanya mempermudah komunikasi serta mempercepat penyebaran informasi,        melainkan juga memiliki nilai strategis secara ekonomis dan politis.        Lancarnya komunikasi dan informasi yang tidak lagi dibatasi oleh faktor        geografis, memiliki sumbangan besar dalam mempersatukan bangsa. Visi        itulah yang telah memotivasi Parapak untuk bekerja tak kenal lelah        mengembangkan dunia informasi dan telekomunikasi demi bangsanya.


Inti pernyataan ini dipetik dari uraian Dr. Radius Prawiro dalam kata        pengantar buku Pembelajar & Pelayan, yang diterbitkan Institut Darma        Mahardika, dalam rangka HUT ke-60 Jonathan Parapak, 12 Juli 2002.

20140108-011817.jpg

Parapak sendiri mengganggap pernyataan itu terlalu membesarkannya. Bahkan        saat berbincang dengan wartawan Tokoh Indonesia, di kediamannya Jalan        Teuku Umar 14 Jakarta, ia merasa belum berbuat ‘apa-apa’ dibanding yang        lain sehingga belum pantas digelari tokoh terkemuka Indonesia. Ia pun        merasa tidak berkepentingan profilnya sebagai tokoh ditampilkan di Ensiklopedi Online Tokoh Indonesia. Padahal kenyataan (sesungguhnya), di        mata banyak orang, ia telah berbuat banyak di sekitar teknologi, manajemen,        birokrasi dan sumber daya manusia, terutama dalam pengembangan telematika        di Indonesia. Sehingga tidak heran bila banyak orang ingin belajar dari        pengalaman Jonathan Parapak.

Ia memang seorang yang rendah hati. Sebagaimana dituturkan Radius Prawiro,        Jonathan Parapak adalah sosok ideal seorang intelektual sejati sekaligus        pekerja profesional yang tangguh. Ia seorang pembelajar sekaligus juga        seorang pelayan. Ia berusaha membelajarkan masyarakat, namun tidak        kehilangan minatnya untuk senantiasa belajar. Dengan penuh semangat, ia        selalu membuka diri terhadap teknologi baru. Karyanya selama lebih dari        sepuluh tahun sebagai Presiden Direktur PT Indosat, diakui, bukan saja        oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh dunia.


20140108-011806.jpg

Ia telah berhasil membuktikan komitmennya sebagai seorang pembelajar dan        pelayan, baik dalam kapasitasnya sebagai manajer profesional dalam dunia        usaha, maupun sebagai birokrat dalam pemerintahan. Melalui berbagai        seminar dan ceramah-ceramah yang diberikannya ia berusaha membentuk        kader-kader bangsa dan kader-kader Gereja yang visioner serta sadar akan        misi lebih luas yang diembannya. Jauh dari rasa gamang, ia menatap jauh        menuju masa depan bangsa Indonesia modern yang memiliki cakrawala lebih        luas. Hal tersebut tidak hanya dilakukan di kalangan profesional,        melainkan juga bagi masyarakat luas.

Ia sosok pelaku teknologi yang visinya sangat jelas dalam kaitan dengan        peranan teknologi untuk pembangunan bangsa dan negara serta peningkatan        kesejahteraan manusia. Dalam berbagai makalah, Parapak berulang kali        menegaskan peran strategis teknologi, khususnya teknologi telekomunikasi        dan informasi untuk pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya,        pertahanan dan keamanan.

Ia meyakini peran yang sangat vital dari sistem komunikasi satelit untuk        mempercepat persatuan Indonesia. Ia menjadi penggagas visi Nusantara 21,        visi bangsa Indonesia di sektor telekomunikasi dan informasi dalam        memasuki abad ke- 21. Untuk meyakinkan bangsa Indonesia bahwa kemajuan,        kesejahteraan, daya saing dan kejayaan Indonesia di abad ke-21 sangat        ditentukan oleh kesiapan dan kemampuan mewujudkan masyarakat berbasis ilmu        pengetahuan, melalui pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan        komunikasi.

Ia pula salah satu pemula konsep pembangunan Telematika di Indonesia, dan        menjadi pimpinan berbagai kelompok yang sangat peduli dengan peran        telematika dalam mewujudkan knowledge based society di Indonesia.


20140108-011830.jpg

Sebagai pelaku teknologi pada berbagai tataran, baik tingkat kebijaksanaan        maupun regulasi operasi dan industri, Parapak telah memberikan berbagai        gagasan segar dan baru, bagaimana memanfaatkan dan mengembangkan teknologi        untuk kesejahteraan manusia. Ia telah berperan dalam reformasi sektor        telekomunikasi di Indonesia. Ia juga telah membuktikan bahwa putra-putri        Indonesia tidak kalah dari bangsa manapun di dunia ini dalam pengelolaan        bisnis berteknologi tinggi. Parapak telah membuktikan bagaimana mengelola        usaha bisnis berteknologi canggih secara profesional, bersih, dan        menghasilkan kinerja yang baik.

Ia juga pernah menjadi bagian dari birokrasi melalui jalur yang khas. Ia        menjadi Direktur Utama PT Indosat (BUMN) dan Sekjen Deppparpostel. Walau demikian, ia tidak larut        dalam birokrasi BUMN dan pemerintahan, melainkan berusaha mengedepankan kultur baru         yang berorientasi pada layanan terbaik kepada masyarakat. Selama menjadi        bagian dari birokrasi pemerintahan, ia berusaha menciptakan lingkungan        kerja, kekaryaan dan pelayanan yang cepat, tidak birokratis dan transparan.

Selama bekerja di birokrasi pemerintahan, ia ikut serta dalam berbagai        langkah reformasi kebijaksanaan dan regulasi. Seperti deregulasi sektor        telekomunikasi yang membuka peluang bagi para pelaku swasta untuk        berpartisipasi dalam pembangunan telekomunikasi. Ia ikut mendorong proses        yang transparan dalam pemberian izin, seperti diadakannya tender terbuka        mitra KSO. Ia ikut mendorong proses desentralisasi dan pemberian        kewenangan kepada daerah, dengan mentransfer kewenangan perizinan        pariwisata ke daerah tingkat I dan II. Ia ikut memulai partisipasi yang        lebih luas dari swasta dan masyarakat dalam penyusunan berbagai kebijakan        dan regulasi, misalnya penetapan tarif telepon.

Sejak mengikuti Kursus Reguler Lemhannas 1984, ia juga sudah memulai dan        mengampanyekan dikembangkannya Sistem Informasi Manajemen Nasional (Simnas),        yang seharusnya sudah merupakan cikal bakal dari e-government di era        internet. Parapak meyakini bahwa untuk dapat memberikan layanan terbaik        kepada masyarakat, diperlukan kader-kader birokrat yang kompeten, ahli dan        termotivasi, yang didukung oleh teknologi terkini dan tepat guna.        Reformasi birokrasi memerlukan reformasi paradigma, reformasi organisasi,        profesionalisasi para pelaku birokrasi, dukungan sistem informasi dan        komunikasi yang andal, terkini dan tepat guna.

Kalau masyarakat kita marak memperbincangkan Indonesia baru yang ingin        diwujudkan melalui reformasi total, Jonathan Parapak, walaupun sadar akan        pentingnya reformasi di sektor politik, hukum, ekonomi, dan pemerintahan,        meyakini bahwa semua itu tidak dapat dilepaskan dari SDM berkualitas yang        profesional di segala bidang. Karena itu, ia gigih memperjuangkan        diberinya kesempatan kepada sebanyak mungkin anak bangsa untuk mendapatkan        pendidikan formal, magang, dan pelatihan, agar hadir tenaga-tenaga        profesional yang andal dan berkualifikasi internasional.

Di Indosat, Parapak memberi perhatian khusus pada pelatihan profesional,        pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi baik di dalam maupun di luar        negeri. Di Departemen Parpostel ia mencari tenaga profesional dari ITB, UI        dan lain-lain, kemudian disekolahkan ke luar dan dalam negeri. Ia memulai        program magang di PT Indosat dan banyak melibatkan diri dalam pelatihan        profesional bagi tenaga-tenaga muda.

Sekitar Hutan Masa kecil Jonathan Parapak — di tempat kelahirannya ia dipanggil Limbong        — banyak diwarnai kehidupan sekitar hutan di tempat tugas ayahnya,        Kanaka’ Palinggi. Mulai dari ketika ia masih dalam kandungan ibunya, Ny.        Sule Palinggi. Ketika itu ayahnya bertugas sebagai pegawai Jawatan        Kehutanan di desa terpencil yang hanya mungkin dijangkau dengan berjalan        kaki atau naik kuda yakni Desa Limbong, Rongkong, Kecamatan Salu Tallang,        Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Saat terjadi gangguan keamanan di        sekitar desa itu. Kondisi keamanan itu memaksa ibu yang tengah hamil tua,        mengandung Parapak itu, harus meninggalkan gubuk dinas sederhana di tepi        hutan, dengan menerobos jalan hutan beberapa hari untuk kembali ke daerah        asal di Desa La’bo’, dekat Rantepao, Kabupaten Tana Toraja.

Sang Ibu tentulah sangat kelelahan. Juga digigit lintah hutan. Hampir tak        berdaya. Namun berkat Tuhan, akhirnya sampai juga di La’bo’. Berselang        beberapa hari, tepatnya tanggal 12 Juli 1942, Sang Ibu melahirkan seorang        bayi laki-laki, diberi nama Limbong, untuk mengenang desa terpencil tempat        tugas ayahnya itu.

Selain akrab dengan hutan, masa kecil Limbong banyak diwarnai kehidupan di        desa, di sekitar sawah, bermain menggembalakan kerbau, memancing, bahkan        ikut membantu keluarga bekerja di sawah.

Keluarga Kanaka’ Palinggi, semula adalah pemeluk agama suku yang dalam        bahasa Toraja disebut Alukta (Aluk Todolo). Kemudian keluarga itu        memutuskan untuk masuk agama Kristen di Rongkong sebelum Limbong lahir.        Limbong sendiri baru dibaptis pada 1949, dan diberi nama baptis Jonathan,        yang dalam keluarga dipanggil Nathan.

Sekolah bagi Nathan, merupakan perjuangan berat karena jarak yang harus        ditempuh, faktor ekonomi dan keamanan, baik di desa maupun sesudah pindah        ke kota kecil Rantepao. Seusai jam sekolah ia giat menggembalakan kerbau,        ikut bekerja di sawah, dan juga melaksanakan berbagai tugas dalam keluarga.        Nathan mulai sekolah pada umur 7 tahun di Desa Ulusalu, kemudian pindah ke        Desa La’bo’. Kemudian ke kota kecil Rantepao.


20140108-011845.jpg

Pembelajaran di sekolah dilaluinya dengan penuh keprihatinan akibat        dukungan ekonomi yang terbatas, situasi keamanan dan kualitas pengajaran        yang jauh dari memadai. Ia belajar praktis tanpa buku, tanpa lampu, sampai        memasuki Sekolah Menengah Atas di Rantepao.

Untuk sedikit meringankan beban ekonomi, jiwa wiraswastanya mulai muncul        saat masih di SMP. Dalam skala amat kecil, ia berdagang ayam, pisang dan        gula-gula (permen). Namun semua tantangan itu tidak menyurutkan tekadnya        untuk belajar. Ia memang dikaruniai Tuhan kecerdasan sehingga pelajaran        tidak menjadi beban. Nathan tamat Sekolah Rakyat (kini Sekolah Dasar), dan        Sekolah Menengah Pertama dengan hasil yang baik sehingga dapat melanjut ke        Sekolah Menengah Atas yang baru dibuka di Rantepao ketika itu.

Keadaan sekolah cukup memprihatinkan. Tidak ada guru tetap, semua adalah        pengerahan tenaga mahasiswa (PTM), ruangan kelas dibentuk dari aula yang        dipinjam. Nathan belajar di SMA di Rantepao sampai kelas II. Untuk kelas        III, oleh kakak ipar ia diantar ke Makassar untuk menyelesaikan pelajaran        di SMA Negeri Bawakaraeng. Dia lulus SMA tahun 1961 dengan hasil baik,        walaupun ia selama setahun di Makassar tinggal di asrama yang kurang        terurus, makanan sangat kurang dan lingkungan tidak terlalu mendukung        untuk belajar dengan baik.

Selepas dari SMA, Nathan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas        Hasanuddin, Makassar. Pada waktu yang bersamaan ia mengikuti proses        seleksi beasiswa Colombo Plan. Ternyata Nathan terpilih dan ia bersama        beberapa mahasiswa lainnya berangkat ke Australia, November 1961.

Keberangkatan ke Australia, tidak pernah menjadi cita-cita apalagi menjadi        rencananya. Dengan berbekal tekad untuk sukses dan kemampuan bahasa        Inggris yang sangat terbatas, perlengkapan yang jauh dari memadai, dia        menuju arena baru yang secara budaya amat asing baginya. Ia bersama lebih        dari 40 mahasiswa Indonesia dipersiapkan selama 2 bulan di Sydney.        Kemudian dikirim ke Universitas Tasmania.

Nathan yang tidak pernah hidup dalam rumah yang diterangi listrik sampai        pindah ke asrama di Makassar, memberanikan diri mengambil jurusan listrik        arus lemah (telekomunikasi). Kuliah di Fakultas Teknik Universitas        Tasmania itu dirasakan cukup berat. Kuliah mulai pukul 09.00 pagi sampai        pukul 13.00 setiap hari, disambung dengan praktikum dari pukul 14.00        sampai 17.00, sering sampai malam. Di samping bahasa Inggris yang masih        terbatas, latar belakang tekniknya sebagai anak desa kurang mendukung.        Namun tekadnya untuk belajar sebaik mungkin tak pernah surut. Nathan        menyelesaikan studinya tepat waktu dengan hasil yang cukup baik. Sehingga        ia diterima melanjutkan studi pada strata II, Program Master of        Engineering Science, yang diselesaikan tepat waktu pula.

Di samping perkuliahan, ia melibatkan diri dalam berbagai kegiatan        kemahasiswaan dan kemasyarakatan sehingga ikut membentuk dirinya dalam        kepemimpinan dan bekerja sama dengan berbagai unsur masyarakat. Ia ikut        menjadi pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tasmania. Pengurus dan        bahkan Ketua Persekutuan Mahasiswa Kristen di universitas. Dia juga sempat        menjadi pengurus Gereja setempat.

Salah satu aspek yang menarik dari pembelajaran yang dialaminya di        Australia adalah keharusan untuk kerja praktik selama libur di bidang yang        sesuai dengan program studi. Kesempatan itu merupakan pengalaman yang amat        berharga selama 5 tahun bekerja di berbagai tempat. Seperti bengkel        lokomotif, kantor perencanaan sistem komunikasi radio, instalasi sistem        komunikasi radio di Tasmania. Perencanaan sistem komunikasi microwave di        Tasmania dan di Melbourne, Australia.

Kembali Berbekal ilmu yang diperoleh di universitas dan pengalaman kerja di        berbagai bidang, Nathan kembali ke Indonesia pada September 1969. Semula        ia berharap untuk mengabdi di lingkungan Perumtel (PT Telkom waktu itu),        namun akhirnya ia bergabung tahun itu juga dengan Indosat (PMA), anak perusahaan        International Telegraph & Telephone (ITT). Sebuah perusahaan yang dibentuk        atas kerjasama AS-RI di bidang telekomunikasi.

Karirnya di lingkungan Indosat, dimulai dari bawah, menarik kabel,        memelihara perangkat komunikasi, menginstalasi perangkat telekomunikasi,        dan pimpinan proyek stasiun bumi, sistem komunikasi kabel laut. Hingga        dalam waktu relatif singkat meningkat ke jajaran manajemen sampai ia        menjadi pimpinan Indosat (PMA-ITT) pada usia yang masih sangat muda.

Selama Indosat masih berada di lingkungan ITT dengan Kantor Pusat di New        York, Parapak mendapat kesempatan belajar dan membuktikan bahwa ia bisa        memimpin perusahaan yang berteknologi canggih, berskala intemasiona1. Ia        ikut merintis pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut ASEAN, Sistem        Komunikasi Kabel Laut ke Timur Tengah, Eropa dan Australia. Ia segera        mendapat kesempatan mewakili perusahaan di berbagai pertemuan dan        konferensi internasional, seperti di International Telecommunication Union        (ITU), di Intelsat (International Satellite System), Inmarsat        (International Maritime Satellite System). Ia pun menjadi figur        internasional yang diperhitungkan dan diundang sebagai pembicara di        berbagai konferensi dan seminar.

Tidak lama ia menduduki posisi puncak di Indosat (ITT), pada tahun 1980        pemerintah memutuskan untuk membeli seluruh saham Indosat. Keputusan        Pemerintah Indonesia ini sangat mengejutkan ITT, karena kontraknya        seharusnya sampai tahun 1989. Sebagai Pimpinan Puncak (Managing Director),        Parapak menghadapi dilema, kepentingan nasional atau kelanjutan kontrak (perjanjian)        yang sah.

Parapak mengambil posisi bahwa kepentingan nasional, keputusan pemerintah        harus didahulukan. Namun pembelian seyogianya dilaksanakan dengan dasar win-win agar citra bangsa tetap terpelihara. Parapak sangat terlibat dalam        seluruh proses negosiasi yang akhirnya dapat mempengaruhi manajemen ITT        untuk menerima keputusan Pemerintah. Parapak bekerja keras siang malam,        antara Jakarta dan New York. Akhirnya dalam waktu singkat dicapai        kesepakatan harga yang dinilai adil untuk kedua belah pihak.

Indosat jadi BUMN Pada akhir 1980, resmilah Indosat menjadi BUMN penyelenggara        telekomunikasi internasional. Pada akhir kesepakatan antara ITT dan        Pemerintah Indonesia, Parapak ditawari jabatan penting di ITT, dan pada        waktu yang sama diminta oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk menjadi        Direktur Utama Indosat (BUMN) yang pertama. Parapak tanpa ragu-ragu        memilih untuk menjadi Dirut Indosat (BUMN), walaupun gaji dan remunerasi        yang ditawarkan jauh lebih rendah.

Di bawah kepemimpinannya, Indosat mengalami transformasi manajemen, kultur        perusahaan, pengembangan sumber daya manusia. Indosat maju pesat dan        mendapat perhatian para pengamat dan para ahli manajemen, telekomunikasi        nasional dan internasional. Sehingga dalam waktu singkat Indosat menjadi        salah satu BUMN terbaik di Indonesia dan berulangkali memperoleh        penghargaan nasional dan intemasional.

Melalui Indosat, Parapak ikut berperan dalam pemilihan, penerapan dan        pengembangan teknologi terkini dan tepat guna baik dalam mengembangkan dan        memodernisasi layanan telekomunikasi maupun dalam manajemen perusahaan.        Selama memimpin Indosat, Parapak juga ikut berperan pada berbagai        organisasi internasional seperti International Telecommunication Union (ITU),        Intelsat, Inmarsat, ASEAN, APEC dan lain-lain. Parapak mendapat kehormatan        menjadi anggota Dewan Gubernur Intelsat mewakili ASEAN. Bahkan terpilih        sebagai Wakil Ketua dan Ketua Dewan Gubernur Intelsat pada tahun        1989-1990. Di ITU, Parapak sering diundang sebagai pembicara pada berbagai        konferensi dan seminar internasional.


20140108-012035.jpg

Ia bahkan dipilih sebagai pimpinan beberapa kegiatan global seperti Ketua        World Plan, Asia & Oceania, Pimpinan/Ketua Konferensi Global Mobile        Personal Communication Satellite System, yang menghasilkan kesepakatan        dunia untuk memulai sistem komunikasi bergerak melalui Satelit. Atas saran        berbagai tokoh telekomunikasi dunia, Parapak dicalonkan Pemerintah        Republik Indonesia untuk menjadi orang nomor satu di pertelekomunikasian        dunia, sebagai Sekretaris Jenderal pada periode 1998-2003. Namun, krisis        multidimensi melanda Indonesia, sehingga citra Indonesia pada saat        pemilihan ikut mempengaruhi suasana pemilihan. Sehinga yang terpilih        adalah ca1on dari Jepang.

Sekjen Depparpostel Parapak menjadi pimpinan puncak di Indosat sampai tahun 1991, pada saat        itu ia diminta oleh Pemerintah melalui Menteri Susilo Soedarman menjadi        Sekretaris Jenderal (Sekjen) Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi        (Depparpostel). Kembali Parapak tanpa ragu menerima tawaran tersebut        wa1aupun gaji dan remunerasi sangat kecil dibanding apa yang diperoleh        sebagai Dirut Indosat. Ia pun tidak mempersoa1kan golongan yang diberikan,        hanya III D, walaupun diberi pangkat lokal IV D. Semua itu ia syukuri dan        terima sebagai kesempatan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Parapak        menjadi Sekjen Depparpostel hampir 8 tahun, suatu periode yang cukup lama,        mendampingi empat menteri, yaitu almarhum Susilo Soedarman, Joop Ave, A.        Latief dan Marzuki Usman.

Ka1au ia meningga1kan Indosat sebagai Direktur Utama, dengan gedung        Indosat yang megah, kinerja perusahaan dan sumber daya manusia yang cukup        membanggakan, maka di Departemen Parpostel ia mulai pula dengan        partisipasi dalam pembaruan dan modernisasi. Selama jabatannya,        Depparpostel akhirnya memiliki kantor yang paling bergengsi di Merdeka        Barat, pengembangan sumber daya manusia yang profesional melalui kerja        sama dengan Bank Dunia, mendukung menteri memajukan pariwisata Indonesia        pada pentas dunia. Ia juga mengembangkan konsep-konsep baru untuk        reformasi sektor telekomunikasi dan pos serta membina koperasi untuk        meningkatkan kesejahteraan pegawai.

Selama menjabat sebagai Sekjen, Parapak juga dipercaya sebagai Presiden        Komisaris PT Indosat dan PT Inti. Sehingga ia termasuk sa1ah satu insan        telekomunikasi dan teknologi informasi yang dikaruniai kesempatan mengabdi        dan berperan pada seluruh tatanan pembinaan dan pengelolaan telekomunikasi        di Indonesia. Tak mengherankan apabila sampai saat ini namanya masih        sangat terkait dengan modemisasi pertelekomunikasian di Indonesia.

Selepas menjabat Sekjen Depparpostel dan Depparsenibud, ia masih berkiprah        sebagai chairman dan Preskom di beberapa perusahaan lingkungan Lippo –        AcrossAsia Multimedia (Indonesia). Antara lain di PT Broadband Multimedia        (Kabelvision), PT AsiaNet Multimedia, PT Natrindo Selular (Lippo Telecom).        Serta menjabat Wakil Rektor Universitas Pelita Harapan.

Di sektor Pariwisata, anak desa ini sangat terlibat dalam pengembangan        berbagai konsep dan pemikiran yang terkait dengan kepariwisataan nasional.        Antara lain gagasan bebas visa, Pariwisata Inti Rakyat, dan High Touch &        High Tech Tourism.

Salah satu aspek yang selalu mendapat perhatian khusus Parapak adalah        pengembangan sumber daya manusia. Tampaknya pengalaman pribadinya sangat        berperan dalam memotivasinya untuk memajukan sebanyak mungkin anak bangsa.

Di Indosat, masalah pendidikan dan latihan sangat diberi prioritas        sehingga profesional muda pun, kalau dinilai siap, diberi tanggung jawab.        Ia sendiri menjadi pimpinan puncak pada saat berumur 36 tahun. Di        Depparpostel, ia gigih mendukung pembaruan, perluasan dan penyempurnaan        pendidikan dan latihan. Ia ikut mendirikan Akademi Pariwisata di Medan dan        Makassar. Ia menggagas program beasiswa untuk pendidikan telekomunikasi        dan teknologi informasi.

Ia juga menjadi penggagas, penyantun Sekolah Menengah Umum unggulan di        desa, dan selalu berusaha mengusahakan beasiswa bagi anak-anak berprestasi        yang kurang mampu. Ia pernah mengajar di Universitas Indonesia, Lemhannas,        Universitas Pelita Harapan. Ia anggota dan pimpinan Dewan Penyantun dari        berbagai lembaga pendidikan. Tampaknya baik dari aspek teknologi,        manajemen perusahaan, maupun administrasi pemerintahan, Parapak melihat        betapa strategisnya sumber daya manusia profesional. Ia meyakini bahwa        manusialah yang teramat penting, menjadi subjek dan objek strategis dalam        seluruh upaya pembangunan.

Selain pendidikan formal, Parapak juga mengikuti berbagai pendidikan        khusus, di antaranya: Diploma Management Problem Analysis & Decision        Making pada Kepner -Trigoe Australia, 1974. Maret 1975, Diploma Affective        Management Communica- tion pada Tabbot Smith & Association. Mei-Juni 1975,        Diploma Dynamic Management for International Executives di University of        Syracuse New York. Kemudian, Diploma Management Seminar, Oktober 1976 pada Da1e Carnegie & Associates. Oktober 1978,        Diploma Marketing pada ITf -Communications Group New York. Dua tahun        setelah itu, ia memperoleh Sertifikat “Manajemen Keuangan” pada SGV        Jakarta; Mendapat ranking No.1 Penataran Type A P-4, 1981; Mengikuti        Penataran Manggala P-4, 1995. Sejak 1970, aktif mengikuti berbagai seminar        manajemen telekomunikasi, komputer, informasi, dan pariwisata di dalam dan        luar negeri.

Memperhatikan jenjang pendidikan forma1 dan pendidikan khusus yang pemah        digeluti, Parapak bagaikan atlet yang sukses berselancar di atas gelombang        perubahan. Penga1aman selaku atlet peselancar itu mewarnai kiprahnya dalam        berbagai tugas yang pernah dan sedang diembannya.

0 komentar:

Posting Komentar